Jumat, 03 April 2009

CEREBAL PALSY

CEREBAL PALSY

Cerebral palsy (CP) adalah sekelompok gangguan akibat cedera pada bagian otak besar (cerebrum). Otak besar adalah pengontrol aktivitas gerak anggota tubuh. Jika otak besar rusak, sistem saraf pusat pun mengalami kerusakan, sehingga satu atau beberapa anggota tubuh mengalami paralisis(palsy) atau kelumpuhan.
CP merupakan salah satu gangguan gerak yang paling sering terjadi pada anak-anak (diperkirakan terjadi pada 1-2 anak per 1.000 kelahiran). Berbagai penelitian di Amerika Serikat menyatakan, yang rentan terkena CP adalah bayi yang berberat lahir sangat rendah (di bawah 1.500 gram). Kelainan ini dapat terjadi sebelum lahir (terutama akibat gangguan pembentukan otak janin pada tiga setengah bulan kehamilan), akibat proses kelahiran (misal karena proses kelahiran susah, macet saat lahir, atau vakum copot beberapa kali sehingga bayi mengalami perdarahan di otak), setelah kelahiran, atau beberapa bulan setelah bayi lahir. Menurut Mayo Clinic Family Healthbook, 50% kasus CP tak diketahui sebabnya, 10-20% disebabkan kerusakan otak akibat cedera atau penyakit semisal meningitis (radang selaput otak), encephalitis (radang otak), atau herpes vagina yang diderita ibu. Selain itu, ibu merokok, pengguna obat-obatan atau minum alkohol (juga jamu peluntur) selama hamil, ketidakcocokan faktor rhesus, kelahiran prematur dan hipertiroid pada ibu hamil, diduga juga berperan. Sedangkan faktor keturunan, kurangnya suplai oksigen pada janin, serta trauma atau cedera saat kelahiran, masih diperdebatkan apakah ikut berperan atau tidak.CP akibat proses persalinan dan penyakit (meningitis atau herpes vagina) kini makin berkurang. Ini karena pelayanan kebidanan makin baik dan kemajuan ilmu kedokteran. Ancaman herpes vagina, misalnya, dapat diatasi dengan persalinan cesar. Namun penyebab CP yang masih tinggi saat ini adalah bayi prematur dan bayi sangat kuning. Rata-rata bayi yang lahir prematur pembentukan otaknya belum sempurna, sehingga risiko mengalami CP pun lebih tinggi. Sedangkan bayi yang lahir sangat kuning, bilirubinnya dapat melekat pada otak sehingga bisa menyebabkan ganguan dan kelumpuhan.
CP ringan atau sedang - berupa keterlambatan perkembangan - dapat sembuh dengan bantuan fisioterapi. Sedangkan CP berat bisa menyebabkan kelumpuhan total, keterbelakangan mental, tuli dan epilepsi pada penderitanya. Penderita CP berat umumnya juga ber-IQ rendah karena adanya kerusakan pada otak kanan atau kiri.
Cerebral palsy (CP) adalah gangguan kontrol terhadap fungsi motorik karena kerusakan yang terjadi pada otak yang sedang berkembang. “Bisa terjadi saat masih dalam kandungan (75 persen), saat proses kelahiran (5 persen) atau setelah dilahirkan (15 persen),” kata Dwi.
Penyebab CP sampai saat ini belum diketahui, diduga terjadi karena bayi lahir prematur sehingga bagian otak belum berkembang sempurna, bayi yang lahir tidak langsung menangis sehingga otak kekurangan oksigen, atau karena adanya cacat tulang belakang dan pendarahan di otak. “CP merupakan penyakit yang didapat, artinya pada awalnya otak normal, lalu terjadi gangguan, entah itu virus atau bakteri yang menyebabkan radang otak atau penyakit lain, ketika gangguan itu berlalu, otaknya ada yang rusak, nah terjadilah CP,” paparnya.
Empat Tipe
Secara umum CP dikelompokkan dalam empat tipe, yaitu spastic, athetoid, hypotonic, dan tipe kombinasi. Pada tipe spastic atau kaku-kaku, penderita bisa terlalu lemah atau terlalu kaku. Tipe spastic adalah tipe yang paling sering muncul, sekitar 65 persen penderita CP masuk dalam tipe ini.
Athetoid untuk tipe penderita yang tidak bisa mengontrol gerak ototnya, biasanya mereka punya gerakan atau posisi tubuh yang aneh. Kombinasi adalah campuran spastic dan athetoid.
Sedangkan hypotonic untuk anak-anak dengan otot-otot yang sangat lemah sehingga seluruh tubuh selalu terkulai. Biasanya berkembang jadi spastic atau athetoid. CP juga bisa berkombinasi dengan gangguan epilepsi, mental, belajar, penglihatan, pendengaran, maupun bicara.
Ciri-ciri
Gejala CP sudah bisa diketahui saat bayi berusia 3-6 bulan, yakni saat bayi mengalami keterlambatan perkembangan. Menurut Dwi, ciri umum dari anak CP adalah perkembangan motorik yang terlambat, refleks yang seharusnya menghilang tapi masih ada (refleks menggenggam hilang saat bayi berusia 3 bulan), bayi yang berjalan jinjit atau merangkak dengan satu kaki diseret.
“Begitu ada petunjuk keterlambatan, misalnya bayi belum bisa tengkurap atau berguling, segeralah bawa ke dokter untuk pemeriksaan,” ujarnya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter mendeteksi CP pada umumnya melakukan CT-Scan dan MRI untuk mengukur lingkar otak, serta melakukan tes lab untuk menelusuri apakah si ibu memiliki riwayat infeksi seperti toksoplasma atau rubella.
Terapi
Sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkan CP. Namun tetap ada harapan untuk mengoptimalkan kemampuan anak CP dan membuatnya mandiri. “Berbeda dengan cedera otak yang lain, ciri khas dari CP adalah kelainannya bersifat permanen non progresif, artinya akan berubah ke arah perbaikan, meski perkembangannya lambat,” katanya.
Terapi yang diberikan pada penderita CP akan disesuaikan dengan usia anak, berat ringan penyakit, serta tergantung pada area otak mana yang rusak. “Meski ada bagian otak yang rusak, namun sel-sel yang bagus akan meng-cover sel-sel yang rusak. Untuk mengoptimalkan bagian otak yang sehat tersebut, perlu diberikan stimulasi agar otak anak berkembang baik,” katanya.
Stimulasi otak secara intensif bisa dilakukan melalui panca indera untuk merangsang perimbangan penyebaran dendrit, yang dikenal dengan istilah compensatory dendrite sprouting. Beberapa orangtua yang memiliki anak penderita CP mengaku berhasil mengoptimalkan kemampuan anaknya lewat metode glenn doman.
Metode glenn doman untuk anak dengan cedera otak berupa patterning (pola) untuk melatih gerakan kaki dan tangan, merayap, merangkak, hingga masking (menghirup oksigen), untuk melatih paru-paru agar membesar. Sejak tahun 1998, lebih dari 1700 anak cedera otak mengalami perbaikan cukup berarti setelah melakukan terapi ini.
PELAYANAN FISIOTERAPI PADA CEREBRAL PALSY
Cerebral Palsy merupakan kerusakan susunan syaraf pusat yang menyebabkan inkoordinasi dari gerakan-gerakan otot anggota gerak, penyebabnya diantaranya : pada masa kehamilan (keracunan, kena virus, infeksi, trauma), pada masa kelahiran (kurang 02, plasenta rusak, letak sungsang), pada masa setelah melahirkan (stuio, trauma, infeksi).

Menurut jenisnya CP terbagi menjadi :
Spastik / kaku yang terdiri atas : monoplegia (suatu anggota gerak), diplegia (anggota gerak bawah), triplegia (tiga anggota gerak), Quadriplegia (keempat anggota gerak), hemiplegia (separuh gerak badan).
Flaccid/hipertoni ditandai dengan gerakan lemah dan lambat.
Athetoid /gangguan koordinasi yang terdiri atas : athetoid spastis (gerakan lebih besar pada leher dan kepala), dystonia (kejang-kejang yang berselang-seling), korea athetosis/murni athetosis.
Riqid, ditandai dengan gerakan patah-patah dan kaku. Ataxia / ganggguan keseimbangan.
Campuran.
Adapun tujuan FT pada anak CP antara lain sebagai berikut:
Menurunkan kekakuan otot
Mencegah pemendekan otot
Memelihara dan meningkatkan lingkup gerak sendi
Meningkatkan gerakan anggota tubuh/mobilisasi
Melatih keseimbangan, koordinasi, ketahanan dan persepsi
Mencegah kekacauan lebih lanjut
Mengusahakan secara optimal agar pasien bisa mandiri atau tidak tergantung penuh kepada orang lain.
Alat-alat bantu terapi yang tidak kalah pentingnya adalah : Crawler (untuk merangkak), standing table dan tilting table (untuk berdiri), spalk brace (untuk membantu berdiri), papan keseimbangan dan bola keseimbangan, walker dan paralel bar (untuk berjalan), kursi CP (untuk latihan duduk), serta wall bar (untuk latihan jongkok berdiri).
Cara pengobatan disesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan anak saat itu. Bentuk-bentuk latihan dikoordinasikan dengan permainan-permainan (bobath exc.) agar anak tidak bosan dan tujuan dari terapi dapat terwujud.